Jadi jobless setelah lulus emang menyiksa
batin. Bener-bener menguji kesabaran. Apalagi di rumah yang orang seisinya
nggak punya pemikiran kayak gue. Bukan cuma beda pendapat aja, tapi lebih ke
menyalahkan pendapat gue.
Yah, entah karena gue
nggak tau malu atau sebenernya gue emang nggak punya kualitas, gue selalu
diposisikan sebagai orang paling bego di rumah. Pengin gue mengutarakan sesuatu
tapi karena udah tau jawaban orang rumah kayak apa, gue milih mingkem aja.
“Nggak ada pekerjaan yang cocok buat kamu selain jadi guru,” kata bokap gue
suatu ketika. Padahal, I don’t want it so bad. “Jadi guru itu mulia, banyak
waktu luang buat belajar agama.” Atau kata-kata semacem, “Jangan kerja di dunia
entertain, selalu ngejar waktu, selalu underpressured dan nggak tau kapan bisa
ibadah.” Dan kebalikannya, gue sangat tertarik dengan dunia entertainment.
Bertolak belakang banget sama keinginan orang tua gue.