Suatu ketika gue lagi
chit-chat sama seorang temen cewe gue, yang nggak akrab-akrab banget sih, tapi
sering ketemu. Dan obrolan kami sampai pada topik yang paling manis, masalah
pacar.
Kebetulan dia udah
punya pacar, obrolannya pun udah kemana-mana dari ngomongin masalah nikah sampe
bulan madu. Gue sebagai pendengar ya cuma ngikutin aja, kadang juga ngasih
tanggepan. Obrolan kami biasa aja sih, dia juga nggak ngeledekin atau
semacemnya ketika gue jujur gue belum punya pacar. Kalopun ngeledekin, gue juga
beneran nggak peduli. Punya pacar bukan prioritas gue untuk saat ini.
Tapi yang bikin gue
greget adalah komentarnya yang kira-kira begini, “Lo di rumah terus sih, Cuma
otak-atik computer sama main game, coba deh lo bersosialisasi, punya outdoor
activity, di jamin bakal bisa lepas dari kecanduan dunia maya. Ketemu banyak
orang juga. Mungkin juga lo bisa punya pacar.”
Otak gue pun men-scan
kata-kata dia. “What? Dia bilang apa? Outdoor activity?” Perasaan temen yang
lain juga nyaranin gue kayak itu. Gue lalu nanya, “Outdoor activity macem apa?”
Temen gue jawab, “Ya,
yang penting keluar, cari temen.”
Nah, gitu doang
penjelasannya. Tapi sebenernya gue tahu satu hal kenapa gue ‘terlihat’ nggak
punya outdoor activity. Gue sadar kalo gue jarang bergaul dengan lingkungan,
tapi bukan karena gue males bergaul, hanya style kita aja beda. Begitu juga
dengan outdoor activity.
Apa sebenernya outdoor
activity yang gue inginkan bebeda sama persepsi mereka. Bagi mereka, outdoor
activity itu:
1.
Shopping
2.
Jalan-jalan ke pantai, naik gunung dan
selfie
3.
Nongkrong di alun-alun/taman sambil
pacaran-yang punya pacar, yang nggak punya pacar sekalian nyari cewek/cowok
cakep buat di ajak kenalan, atau sekedar wandering sambil –sekali lagi- selfie
Sayangnya, outdoor
activity yang gue inginkan:
1.
Main basket, futsal atau bikin komunitas
lari – dan di tempat gue nggak ada beginian.
2.
Makan bareng sambil sharing
3.
Kumpul dengan bikin suatu project
4.
Kalaupun kumpul cuma sekedar ngobrol
doang, no problem, asal bener-bener no sosmed addicted when we’re gathering.
Bukan berarti gue
pilih-pilih lingkungan atau pilih-pilih temen yang harus sama hobinya. Tapi serius,
gue sangat menginginkan outdoor activity ini berharga, rutin dan nggak sekedar
selfie dengan kualitas art yang nggak seberapa. Gue juga sangat ingin keluar
dari dunia maya, nggak sepenuhnya keluar sih, cuma gue pengin punya temen yang
nyata. Yang nyata diajak sharing, diajak main bareng dan yang nyata bisa saling
perhatian. Intinya, gue nggak terima aja di-judge sebagai orang yang nggak mau
bergaul dengan dunia nyata, terlalu larut dalam dunia maya. Just in case, gue
bukan orang yang seperti itu. Tapi gue juga nggak memungkiri kalo gue memang
terkesan punya image nggak peduli. Image yang lebih suka mengurung diri.
Gue nggak punya pilihan
lain selain nerima kenyataan di-judge seperti itu. apalah artinya sebuah
penilaian kalo itu bukan berasal dari oarng yang bener-bener deket-atau mencoba
deket sama gue. Gue di-judge kekanakan, nggak punya manner, lamban, sombong,
bego dan segala macem, gue terima aja. Tapi gue memang agak greget masalah
outdoor activity itu.
Ibarat gue punya sayap,
tapi sayap itu lagi diiket sama orang tua gue sekarang dan hasilnya gue nggak
bisa terbang. Kalo ikatan itu udah lepas, pasti gue bisa merentangkan sayap gue
dan terbang ke tempat yang gue mau ataupun tempat yang mau menerima gue. Dan
sekali itu terjadi, akan ada banyak outdoor activity yang gue jalani.
Yup. Suatu hari nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar