Senin, 19 Mei 2014

A Friend to Share



Jadi jobless setelah lulus emang menyiksa batin. Bener-bener menguji kesabaran. Apalagi di rumah yang orang seisinya nggak punya pemikiran kayak gue. Bukan cuma beda pendapat aja, tapi lebih ke menyalahkan pendapat gue.
Yah, entah karena gue nggak tau malu atau sebenernya gue emang nggak punya kualitas, gue selalu diposisikan sebagai orang paling bego di rumah. Pengin gue mengutarakan sesuatu tapi karena udah tau jawaban orang rumah kayak apa, gue milih mingkem aja. “Nggak ada pekerjaan yang cocok buat kamu selain jadi guru,” kata bokap gue suatu ketika. Padahal, I don’t want it so bad. “Jadi guru itu mulia, banyak waktu luang buat belajar agama.” Atau kata-kata semacem, “Jangan kerja di dunia entertain, selalu ngejar waktu, selalu underpressured dan nggak tau kapan bisa ibadah.” Dan kebalikannya, gue sangat tertarik dengan dunia entertainment. Bertolak belakang banget sama keinginan orang tua gue.

Sabtu, 10 Mei 2014

Wibawa

Berfikir tentang kewibawaan, apa yang ada di pikiran kalian? Suara berat? Wajah garang dan di takuti? Gue nggak tau itu. Bagi gue wibawa itu power atau kekuatan, dan ngomongin kekuatan, gue yakin kalian setuju kekuatan bukan hanya berarti kekuatan fisik. Kekuatan atau power itu berasal dari mana aja. Jadi gue simpulkan, untuk jadi orang yang berwibawa, lo harus jadi orang yang kuat.
Terus apa gunanya wibawa itu? Jawabannya: Menguasai. Contohnya yang paling simple, yang paling sering berseliweran di kehidupan gue sehari-hari adalah wibawa seorang guru. Semua temen gue berpendapat sama tentang wibawa itu. jangan jadi guru yang terlihat mudah kalo ingin terlihat berwibawa. Nah terus gimana caranya biar nggak terlihat mudah? Sesekali galak? Jaga jarak dengan murid atau mengintimidasi murid-murid kalau guru adalah guru dan murid tetep murid, harus ada batasannya. Itu cara-cara yang menurut gue bukanlah cara untuk jaga wibawa.

Fokus

Banyak yang udah nasehatin gue kalo gue harus fokus pada satu hal. Tapi karena otak gue udah terlanjur geser, gue cuma ngangguk2 aja. Makasih udah diingetin. Fokus emang penting biar apa yang kita fokusin ini nggak keteteran. Tapi kalo cuma fokus sama satu hal? Otak gue ini bilang bosen. Gue ini agak2 mirip kelinci, bukan giginya, tapi lucunya, tapi karena gue nggak bisa diam di satu tempat. Bukan berarti secara lexical gue pecicilan banget, maksudnya adalah terhadap berbagai hal yang menjadi prioritas gue.

Merasa Cantik?

Pertanyaan itu adalah salah satu dari sekian banyak pertanyaan yang bikin kuping gue geli. Gue bingung aja ngejawabnya. Kalau gue mengakui bahwa gue cantik, apa kabarnya Titi Kamal dan Sandra Dewi? Tapi kalo gue bilang nggak, gue merasa gue nggak bersyukur aja dan mungkin sebagian orang menganggap bahwa gue nggak pede-an.
Sebenarnya definisi cantik itu apa sih? Cantik itu relative. Iya kan? Ada yang menganggap tinggi itu cantik, pendek itu cantik, gemuk itu cantik, kurus itu cantik bahkan oon juga ada yang bilang cantik. Terlepas dari cantik itu apa, gue hanya ingin menunjukan siapa gue sebenernya. Kalau ditanya gue cantik atau nggak, jawaban gue bisa ya atau nggak. Kadang gue merasa cantik, kadang gue merasa kalo gue sama sekali nggak cantik.
Entah ini bisa disamakan atau enggak, tapi gue merasa cantik ketika gue seneng. Artinya cantik=bahagia? Bisa juga. Bagi gue begitu.