Sabtu, 06 September 2014

Heru Pramono - One of My Craziest Friends

Heru, cowok sok cool yang sebenernya lawak ini emang temen baik gue sih, tapi sebatas temen baik aja, bukan temen yang jadi emergency call. Dia temen biasa yang sebenernya nggak tau apa-apa tentang gue. Dia nggak tau hari ulang tahun gue, makanan kesukaan gue, apa yang gue suka atau nggak suka, apalagi soal tipe ideal gue. Dia sosok temen baik yang sering share tentang film dan hal-hal yang kita berdua suka. Nggak semuanya gue dan Heru punya selera yang sama sih, malah ada yang kontra banget. Gue fans kpop dan dia anti korea-korea-an. Tapi walaupun nggak suka, Heru punya penilaian objektif kalo emang ada sesuatu yang bagus dari film atau drama Korea. Maka dari itu, dia berhasil menjadi salah satu dari temen baik gue.
Selain alasan tadi, kenapa gue bisa berteman baik sama dia adalah karena dia nggak nge-judge gue seperti temen-temen gue lainnya. Dia cukup memahami pemikiran idealis gue karena dia juga tipe orang yang idealis, nggak kemakan gossip dan nggak jadi korban hal-hal mainstream. Orang-orang selalu bilang “Dah, nggak usah macem-macem, kamu fokus dulu ke yang ini, yang itu,” kalo gue lagi punya planning tentang sesuatu. Pendapat dia, “Terus lo mau gimana? Udah sana maju.”  Beda kan? Emang nggak menunjukan dukungan secara obvious, tapi dia percaya hal yang gue lakukan emang bisa gue lakukan. Kadang, sisi pengecut gue sendirilah penyebab kehancuran semau planning gue. Ah jadi pengecut emang nyebelin pake banget.

Tapi biarpun begitu, dia adalah sosok cowo yang cukup drama. Bukan yang nangis-nangis karena habis diputusin pacar atau ditolak cewek ataupun yang ngomong kasar karena dicuekin gebetan, tapi lebih karena hal yang dia dapatkan ternyata nggak sesuai sama apa yang dia perjuangkan. Pernah suatu ketika dia bilang, “Ah, gue udah nggak percaya lagi sama mimpi.” Bagi gue saat itu persis anak ABG yang bilang udah nggak percaya lagi sama cinta. Tapi itu jadi sebuah pelajaran buat gue sih kalo mencapai mimpi, apalagi semuanya, emang nggak gampang. Nggak cuma kerja keras, kuping tebel pun harus kita punya kalo pengin mimpi kita jadi goal yang nyata.
Gue cocok berteman sama Heru karena dia tipikal orang yang punya pikiran hampir sama kaya gue. Dia juga percaya ada pertemanan antara cowo dan cewe. Jadi ya gitu, dia nggak memandang gue sebagai wanita begitupun juga gue yang nggak melihat dia sebagai sosok laki-laki. We’re just friends istilahnya. Meskipun banyak banget temen-temen kita yang lain ngelihatnya beda, dikira kita berdua ada sesuatu kaya pacaran and some sorts. Biasa aja sih, temen-temen lain emang nggak terbiasa dengan kultur persahabatan antara cowo dan cewe. Mereka lebih terbiasa dengan kultur pedekate berakhir jadian dan berujung galau.
Tapi meskipun Heru nggak tau apa-apa soal gue, gue tahulah sedikit tentang dia. Meskipun drama gitu, dia bukan cowo pelit. Kalo secara materi, meskipun dia nggak kaya-kaya banget, dia mah nggak terlalu perhitungan. Walaupun nggak sering traktir gue juga, tapi pernah lah. Dia bukan tipe cowo yang selalu galau kalo ngomongin dompet. Tapi dia juga bakal stress kalo nggak punya duit. Yah hampir semua orang juga gitu kali. Gue juga tau sedikit tentang tipe idealnya dia. Walaupun dia nggak ngomong secara jelas, gue bisa menyimpulkan kalo tipenya dia tuh yang agresif tapi elegan. Yah bisa mungkin dikenalin sama angora atau poodle. Dia aktif tapi nggak suka olahraga. Mungkin karena dia udah merasa cukup sehat dan tinggi jadi dia nggak perlu workout. Mungkin juga dia takut panas, gue nggak tau alasannya nggak suka olahraga sampe sejauh itu. Dan sebelas dua belas sama gue, dia orang yang males debat. Cuek aja gitu, urusan lo ya sono, gue mah punya urusan sendiri. Begitulah tipikalnya. Tapi secuek-cueknya Heru, dia lebih banyak tau soal gossip artis Indonesia dibanding gue. Dia bahkan tau nama penyanyi dangdut yang lagi heboh. Oh dear…
Heru emang nggak bisa dijadiin temen curhat tapi minimal dia sering ngasih motivasi kalo gue lagi ada masalah. Gue nyaman aja ketika gue menceritakan suatu kejadian yang lagi mengusik hidup gue meskipun gue adalah tipikal yang nggak mau ngumbar masalah pribadi. Yah karena alasan tadi, dia nggak ngejudge gue seperti yang lain, jadi jawaban dari dia gue rasa sebagai motivasi bukan gue anggap sebagai jawaban formalitas sekedarnya. Kalaupun dia kontra dengan pendapat gue, saran yang dia kasih pun beralasan, jadi gue bisa terima tanpa perlu pikir banyak.

Memang dia bukan seorang yang bisa disebut sahabat sejati atau apalah, tapi dia salah satu orang yang bisa gue andalkan kalo untuk sharing. Heru bagi gue, bisa memfungsikan dirinya sebagai teman yang ngertiin gue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar