Gue bukan mau ngebahas
detail tentang seluk beluk hom pim pa dan sebagainya. Gue cuma teringat akan
kisah yang sebenernya standard aja tapi sering keinget nggak tau kenapa.
Waktu itu gue masih
semester 6 dan ada tugas kelompok buat presentasi materi kuliah TEFL 2. Satu kelompok udah ditentukan
4 orang dengan formasi bebas. Kelompok gue saat itu terdiri dari gue sendiri,
Yasinta, Abi dan Sandy. Gue bersyukur banget berada di kelompok itu karena gue
nggak perlu kuatir soal ada member yang nggak kerja. Kebetulan tiga anak itu
bisa dikatakan top students di kelas kita.
Singkatnya kita
berempat udah kelarin semua materi, udah siap juga buat presentasi. Kita tinggal
nunggu giliran aja untuk tampil. Yang belum kita siapin saat itu adalah
pembagian materi presentasi dan urutannya. Sebelum kuliah TEFL mulai, kita
diskusi lagi kira-kira siapa nih yang presentasi Bab 1 dan seterusnya.
Kebetulan lagi keempat-empatnya siap buat presentasi bagian apa aja jadi kita
bingung lagi. Saat ada satu orang yang pengin ngejelasin Bab 1, eh tiga-tiganya
ikutan. Kita ngabisin beberapa menit cuma buat ngomongin urutan doang.
Akhirnya biar adil,
kita memutuskan untuk hom pim pa, cara paling simple menurut kita. Nggak perlu
nunggu lama, kita hom pim pa untuk siapa yang presentasi urutan pertama dan
ngejelasin Bab 1. Saat itu posisi tangan gue menelungkup sedangkan yang lain
menengadah. Artinya gue dong yang bakal presentasi pertama. Tapi Abi malah
nyeletuk begini, “Ulang lagi, kenapa pada sama sih?”
“Bentar,” cegat gue
saat itu. “Tangan gue tadi begini lho,” kata gue sambil mempraktekan tangan gue
yang menelungkup.
“Masa? Kalian liat?”
tanya Abi, bingung.
Yasinta dan Sandy
menggeleng kompak. “Tadi kayaknya sama semua,” ujar Sandy menanggapi.
“Beneran deh, tadi
begini,” gue menelungkupkan tangan gue lagi. Gue lalu membolak-balikan tangan
gue menelungkup lalu menengadah dan nyeletuk tanpa sadar. “Warna tangan gue
sama aja dibolak-balik gini.”
Semua melihat tangan
gue. Pada ketawa tertahan. Lalu Yasinta memecah suasana dengan bilang, “Ya
udah, lo yang pertama,” katanya mengerti maksud gue. Mereka bertiga hom pim pa
lagi buat menentukan urutan presentasi nanti.
Kita pun presentasi
sesuai urutan tanpa ngebahas warna tangan gue yang bisa sama dibolak-balik
begitu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar