Kamis, 20 Agustus 2015

Ketika Karya Bicara

Ini mungkin perasaan gue aja sih, tapi Tuhan udah menciptakan otak manusia dengan sedemikian rupa sebagai bagian yang paling kuat dalam diri manusia. Ya bayangin aja, sekuat-kuatnya Goliath, kalo dia nggak punya otak, jangankan David, semut rang-rang aja yang nggak seberapa gedenya bisa numbangin dia tanpa perlu repot-repot bikin segala macem maneuver. Kenapa bisa kayak gitu? Well, otak adalah pusat dari semua hal yang dilakukan sama tubuh manusia. Otak-lah yang memerintah tubuh manusia buat kerja sesuai porsinya. Jantung diperintah otak, bahkan keringet yang kerjaannya di lap doang juga otak yang kasih perintah. Termasuk juga hati diperintah buat punya perasaan. Walopun kalo mau dibagi dua, otak dan hati juga sama-sama kuat sih.
Gue mau ngomongin karya di sini. Entah itu karya seni, karya ilmiah atau karya anak siapa juga terserah. Karya itu gue simpulkan sebagai kolaborasi maut dari otak dan hati. Otak bagian logis dan hati bagian rasa. Hahaha, bahasa gue ngawur kan? Tapi apalah artinya kata-kata kalo yang penting ada yang nyambung aja.

Dan karya itu punya kekuatan yang luar biasa.
Terlalu berat mungkin kalo bahasan tentang karya itu cuma berfokus sama karya para pahlawan, karya anak bangsa yang go international atau apa. Karya yang membanggakan itu bisa diterima karena yang bikin karya itu punya image baik kayak yang tadi gue sebutin, pahlawan, sutradara popular, penyanyi yang latihan vocal dari subuh sampe subuh. Terus gimana sama karya orang yang bisa dibilang “orang yang nggak baik”? Tetep aja karya yang menang. Contoh kasus aja Ariel, Adam Lambert, Edison Chen, Miley Cyrus dan berbagai macem bentuk orang yang tetep bisa diterima karena karya-karya mereka, bukan karena siapa mereka. Sekuat itu ternyata.
Makanya gue pengin terus berkarya. Meskipun nggak sebagus karya pahlawan, meskipun nggak sepopuler karya-karya ‘penjahat’ itu, tapi dengan berkarya gue bener-bener hidup lahir batin. Itu sebenernya goal gue berkarya. Karena ketika karya bicara, kita nggak butuh lakban buat nyumpel mulut orang yang omongannya nggak enak buat di denger. Ketika karya bicara, kita nggak perlu repot-repot kasih penjelasan siapa diri kita sampe mulut berbusa. Ketika karya bicara, karya itu bisa melindungi kita dengan cara yang nggak bisa dikaitkan dengan logika. Karya seseorang punya nilainya sendiri, mau yang berkarya itu jatuh kayak apa, dihina kayak apapun, di injek-injek juga nggak pengaruh, asal kita tetap berkarya dan berbagi dengan karya itu… simple tapi nggak banyak orang percaya.
Mulai sekarang, gue akan lebih banyak bicara dengan karya gue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar